PENULISAN SEJARAH PERANG PAREGREK
LANGIT KRESNA HARIADI
A. PendahuluanLANGIT KRESNA HARIADI
Perjalanan sebuah proses kreatif memang ada beragam jalan, itu ibarat pepatah yang menyebutkan ada banyak jalan menuju Roma.
Paregrek tidak jelas apa maknanya, namun El-Kaha punya pendapat “semaunya sendiri” yang menjadi dasar pencarian panjang yang ia lakukan.
Perang Paregrek dalam buku ini adalah sekaligus jawaban bagi masyarakat Banyuwangi yang juga disebut orang Blambangan, yang selama ini tidak sadar telah terhinakan oleh “entah siapa” sosok tak dikenal yang telah menulis Serat Damar Wulan yang menempatkan Breh Wirabumi, anak Raja Hayam Wuruk dan isteri muda Biniaji sebagai sosok jaht, Adipati gila yang dinamai Minak Jinggo.
B. Novel Sejarah/Fiksi
Dizaman yang moderen ini banyak masyarakat kita yang haus akan cerita sejarah bangsa pada saat masih berupa kerajaan. Novel ini adalah bentuk realisasi dari penulis yang ingin menyampaikan pesan-pesan masa lalu dari leluhur nenek moyang kita yang dikenal agung oleh bangsa lain.
Dalam penerapan cerita masa lampau yang disajikan dengan ejaan baru, tentu akan menarik day abaca masyarakat Indonesia saat ini. Novel ini sungguh menggunakn bahasa awam yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat
C. Penilaian terhadap novel fiksi Perang Paregrek
Dalam cerita fiksi ini, gaya penulisan nampak seperti dongeng kepahlawanan seseorang.Berikut cuplikan cerita ini :
“Aku seorang Raja” Kata Hayam Wuruk datar dan tenang, “mestinya semua orang tahu sebagian Raja aku memiliki kekuasaan yang sangat besar. Aku bisa menjatuhkan hukuman mati kepada siapapun yang menurut anggapanku telah melakukan kesalahan besar. Breh Wirabumi itu bukan Minak Jinggo, aku tidak pernah memberinya nama Minak Jinggo. Akan tetapi diluar sana ada orang yang berani-beraninya memberi nama olok-olok Minak Jinggo. Penyebutan Breh Wirabumi dengan nama olok-olok itu sangat menyinggung perasaanku dan sungguh memancing keinginanku menjatuhinya hukuman mati….”
Dari cerita kutipan diatas, menceritakan bahwa berkuasanya Raja yang sangat menyayangi putranya, namun ada seseorang yang berani mengejek dengan sebutan Minak Jinggo.
D. Penutup
Kesimpulan dari penulisan diatas adalah, cerita fiktif tersebut sangatlah populer. Penulisan gaya bahasa yang tidak terlalu membuang-buang makna lain. Dan tujuanpenulisan cerita iniuntuk menginformasikan khususnya kepada masyarakat Banyuwangi yang hingga saat ini tidak mengetahui siapa yang memberi nama olok-olok Minak Jinggo.